By: M. Zaini Miftah
Abstrak
Penelitian ini dilakukan berdasarkan
masalah yang dihadapi oleh peneliti dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas.
Pengalamannya sebagai guru Bahasa Inggris pada kelas X di Madasah Aliyah (MA)
Mambaus Sholihin Gresik menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis masih
rendah. Berdasarkan studi pendahuluan, ditemukan bahwa nilai rata-rata siswa
dari tugas menulis adalah 50.5. Hasil ini cenderung belum memuaskan karena
belum mencapai target belajar yang harus paling tidak 65 untuk standar
kesuksesan di sekolah. Ditemukan juga bahwa ada beberapa masalah yang harus
dipecahkan. Masalah utamanya adalah para siswa tidak mengetahui bagaimana cara
menemukan dan mengorganisasi ide untuk menulis sebuah topic.
Untuk
memecahkan masalah tersebut, penilitian ini menitikberatkan pada pemecahan
masalah yang berkaitan dengan bagaimana cara siswa menemukan ide dan
mengorganisasikannya dalam menulis sebuah topik.
Penelitian ini menawarkan
pemetaan ide yang dikembangkan dalam model yang cocok untuk meningkatkan
kemampuan menulis siswa kelas X dalam menulis teks diskriptif. Masalah dalam
penelitian ini adalah, “Bagaimana strategi pemetaan ide bisa meningkatkan
kemampuan menulis siswa kelas X di MA Mambaus Sholihin Gresik?”
Desain
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif. Peneliti bekerja
sama dengan guru Bahasa Inggris dalam kegiatan yang bersiklus yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi terhadap data yang diperoleh
dari proses belajar mengajar yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Setiap siklusnya terdiri dari
empat pertemuan. Subyek penelitian ini adalah semua siswa kelas X-6 semester
kedua pada tahun pelajaran 2008/2009 yang terdiri dari tiga puluh delapan siswa
putra. Instrumen yang digunakan adalah tugas menulis, observation checklist, field
notes, dan questionnaire. Refleksi dilakukan berdasarkan temuan selama pengamatan
dan dibandingkan dengan kriteria sukses yang meliputi: (1) dengan instrumen
tugas menulis, prestasi menulis siswa meningkat (≥75% siswa dalam satu kelas mendapatkan nilai lebih dari atau sama
dengan 65 dalam skala nilai 0-100), dan (2) dengan instrumen observation
checklist, siswa terlibat aktif dalam kegiatan menulis. Hasil dari refleksi
digunakan untuk menentukan perencanaan terhadap siklus berikutnya.
Setelah penelitian dilakukan, langkah-langkah model yang cocok
dalam menerapkan pemetaan ide adalah sebagai berikut: (1) beritahukan kepada
siswa tentang tujuan pembelajaran, (2) tunjukkan gambar yang akan
didiskripsikan dan suruh mereka untuk mengamatinya, (3) tulislah obyek (topik
atau kata kunci) pada lingkaran dan datangkan ide-ide siswa, (4) bimbinglah
mereka untuk mengembangkan setiap ide penjelas, (5) bimbinglah mereka untuk
membuat kalimat dalam mengembangkan ide penjelas tersebut, (6) distribusikan
contoh teks diskriptif, dan suruhlah mereka membaca dan memahaminya, (7)
kelompokkan mereka menjadi empat kelompok, (8) distribusikan gambar-gambar yang
berbeda atau (dengan cara lain) suruhlah mereka mengamati obyek yang nyata, (9)
distribusikan kertas A4, lengkapilah dengan petunjuk kosa kata dan kamus, lalu
latihlah mereka, (10) suruhlah mereka mencari ide dan mengelompokkannya dengan
cara pemetaan ide, (11) bimbinglah mereka untuk melakukan drafting, (12)
tugasi mereka untuk menulis draf awal berdasarkan ide yang dipetakan, (13)
suruhlah lebih lebih menekankan isi dan organisasi daripada mekanik, (14)
bimbinglah mereka untuk memperbaiki draf, (15) suruhlah mereka memperbaiki
drafnya sendiri dengan menggunakan pedoman revising dan menggunakan ide
yang dipetakan untuk mengembangkan isi dari draf tersebut, (16) tugasi mereka
melakukan proofread terhadap draf temannya, (17) suruhlah mereka membuat
perubahan yang sesungguhnya, (18) bimbinglah mereka untuk melakukan editing,
(19) suruhlah mereka meng-edit drafnya sendiri dengan menggunakan
pedoman editing dan menggunakan ide yang dipetakan untuk
meneliti/memperbaiki isi, organisasi, tata bahasa, dan mekanik terhadap draf
tersebut, (20) tugasi mereka untuk melakukan proofread lagi, (21) tugasi
mereka untuk berbagi hasil tulisan mereka, dan (22) suruhlah mereka
mengumpulkan tulisan akhir untuk dinilai.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa
siswa menjadi aktif selama pembelajaran menulis dan kemampuan siswa meningkat
setelah penerapan tindakan dilakukan. Peningkatan tersebut ditunjukkan oleh
peningkatan persentase prestasi siswa dalam menulis teks diskriptif. Persentase
siswa yang mendapatkan skor ≥65 pada akhir Siklus I 36.11% (13 siswa).
Persentase ini meningkat menjadi 52.78% (19 siswa) pada akhir Siklus II. Pada
akhir Siklus III, persentase siswa yang mendapatkan
skor ≥65 mencapai 82.86% (29 siswa).
Berdasarkan temuan,
ada tiga saran yang diberikan. Pertama, para guru Bahasa Inggris disarankan
agar menerapkan langkah-langkah model pemetaan ide sebagai salah satu strategi
alternatif dalam pembelajaran menulis dan juga mengembangkan cara pembelajaran
mereka sendiri agar lebih tepat dipakai dalam pembelajaran mereka di kelas.
Kedua, kepala sekolah sebagai pihak pembuat kebijakan disarankan agar
memberikan waktu pelajaran yang khusus bagi siswa untuk mempraktikkan menulis
Bahasa Inggris yang berkelanjutan. Ketiga, para peneliti yang akan datang
disarankan agar melakukan berbagai penelitian yang berkaitan dengan penerapan
pemetaan ide dalam pembelajaran Bahasa Inggris untuk skill yang lain
seperti listening, speaking, and reading, dan untuk level yang lain
misalnya Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), dan
Universitas dengan mempertimbangkan keampuhan
pemetaan ide sebagai strategi dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
Kata kunci: pemetaan ide, kemampuan
menulis.