By: Maria Goretti Sri Ningsih
Abstrak
Prinsip Kerja Sama (PK) diperkenalkan oleh seorang filsuf, H.P.
Grice. Prinsip itu menyatakan bahwa seorang penutur harus bekerja sama dengan
memberikan kontribusi yang diperlukan dalam tuturan itu. Grice mengemukakan
empat macam maksim tuturan: (1) Maksim Kuantitas, yaitu memberikan kontribusi
yang cukup informatif sesuai yang diperlukan, dan tidak lebih informatif dari
yang diperlukan; (2) Maksim Kualitas, yaitu dengan tidak mengatakan suatu yang
diyakini itu tidak benar atau suatu yang bukti kebenarannya kurang meyakinkan;
(3) Maksim Hubungan yang mengatakan bahwa penutur harus memberikan informasi
yang relevan; dan (4) Maksim Cara yang mengatakan bahwa penutur harus
memberikan informasi yang mudah dimengerti: (a) menghindari
pernyataan-pernyataan yang samar, (b) menghindari ketaksaan, (c) usahakan
membuat pernyataan yang ringkas, dan (d) usahakan berbicara dengan teratur.
Dalam kenyataan hidup sehari-hari penutur sering tidak mematuhi
maksim-maksim tersebut. Dengan kata lain mereka sering melanggar dan atau
mengungkung/membatasi maksim-maksim tersebut. Melanggar (flouting) maksim
berarti penutur tidak mematuhi maksim-maksim dalam Prinsip Kerja Sama,
sedangkan mengungkung/membatasi (hedging) berarti penutur tidak ingin terlibat
sepenuhnya dalam isi pokok tuturan. Pelanggaran terhadap Prinsip Kerja Sama
sering dilakukan penutur dengan menggunakan majas.
Penelitian ini mencoba mendeskripsikan bagaimana para pelaku dalam
novel The Secret Agent melanggar
dan/atau membatasi maksim-maksim tuturan. Hal ini dijabarkan dalam: (1)
deskripsi tentang jenis maksim tuturan yang dilanggar/dibatasi dalam tuturan,
(2) penjelasan tentang distribusi dari pelanggaran (flouting) dan pembatasan
(hedging), (3) deskripsi dari kemungkinan alasan-alasan para penutur untuk
melanggar dan/atau membatasi maksim-maksim tuturan, dan (4) deskripsi tentang
pola tatabahasa dari pelanggaran (flouting) dan pembatasan (hedging) tersebut.
Deskripsi tentang jenis-jenis maksim tuturan yang
dilanggar/dibatasi dalam tuturan-tuturan dan penjelasan tentang distribusi dari
pelanggaran (flouting) dan pembatasan (hedging) didasarkan pada teori Grice
tentang maksim-maksim dalam Prinsip Kerja Sama; deskripsi tentang alasan-alasan
penutur untuk melanggar/membatasi maksim-maksim tersebut ditulis berdasarkan
teori Grice tentang Prinsip Kerja Sama (PK) dan teori yang dikemukakan Leech
tentang Prinsip Sopan Santun (PS); sementara diskripsi tentang pola tatbahasa
dalam pelanggaran/pembatasan (flouting/hedging) didasarkan pada bagian kalimat
yang mengandung pelanggaran/pembatasan.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian dilakukan riset kualitatif.
Data diambil dari tuturan-tuturan para pelaku dalam novel tersebut, yang berisi
6 jenis majas yang disebutkan dalam Grundy (2000): ironi, metafor, hiperbola,
pertanyaan retorik (rhetorical question), tautologi, dan understatement
(pernyataan yang dibuat kurang dari yang sebenarnya).
Hasil penelitian menunjukkan ada lima jenis majas yang digunakan
dalam tuturan, dan majas yang paling banyak digunakan oleh para penutur adalah
metaphor (83,72%), disusul dengan overstatement (4,65%), pertanyaan retorik
(4,65%), tautologi (4,65%), dan yang paling sedikit adalah ironi (2,33%). Juga
ditemukan ada tiga macam maksim tuturan yang dilanggar/dibatasi, dan maksim
Cara adalah maksim yang paling banyak dilanggar/dibatasi oleh para penutur
(50,73%), yang kedua adalah maksim Kualitas (42,03%), dan yang terakhir adalah
maksim Kuantitas (7,24%). Sedangkan pola tatabahasa yang digunakan dalam
pelanggaran (flouting) dan pembatasan (hedging) pola kalimat lengkap.
Berdasarkan pada hasil penelitian, novel ini dianjurkan untuk
digunakan sebagai bahan ajar literature dan cross-cultural understanding
(CCU=pengertian tentang kultur negara/bangsa lain) karena novel ini menyajikan
penggunaan majas-majas untuk menyampaikan pesan atau pikiran, misalnya, “My heart went down into my boots (Jantungku
turun ke sepatuku)” (hal.29), dan “I
suppose the cup of horrors was full enough for such as me (Aku kira piala yang
berisi hal-hal yang mengerikan ini terlalu penuh untuk orang sepertiku)”
(hal.298). Ungkapan-ungkapan semacam itu akan memperkaya pengetahuan dan
pengertian para mahasiswa tentang kultur bangsa Inggris.
Kata kunci: prinsip kerja sama grice, pelanggaran, pembatasan, majas, tuturan, the secret agent