Mochammad Abdul Rasyid
Abstrak
Salah satu permasalahan pengajaran menulis Bahasa Inggris di MTsN
Nganjuk adalah tidak efektifnya pengajaran menulis yang diterapkan guru. Guru
bahasa Inggris tidak membuat perencanaan yang baik dalam pengajaran menulis. Mereka tidak terbiasa menerapkan
langkah-langkah pembejaran menulis sebagai proses. Berdasarkan penelitian awal
yang dilakukan peneliti di kelas IX-E, ditemukan beberapa fakta sebagai
berikut: (1) Siswa mempunyai masalah dalam mengembangkan ide dan
mengorganisasikan teks; (2) Kempuan siswa terhadap kemampuan tata bahasa dan
kosa kata kurang memadai; (3) Siswa kelas IX-E menginginkan adanya kegiatan
menulis teks narasi karena mereka belum pernah menulis teks tersebut
sebelumnya. Dari fakta di atas, peneliti merasa sangat termotivasi untuk
memecahkan permasalahan tersebut dengan memanfaatkan gambar kartun berangkai
melalui pendekatan menulis sebagai proses dan empat tahap pembelajaran Bahasa
Inggris (BKoF, MoT, JCoT, dan ICoT).
Rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana gambar kartun berangkai dapat meningkatkan kemampuan
menulis teks narasi siswa kelas IX MTsN Nganjuk. Mengacu pada rumusan masalah
tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi dengan
memanfaatkan gambar kartun berangkai dalam pengajaran menulis dalam rangka
meningkatkan kemampuan siswa kelas IX dalam menulis teks narasi.
Desain penelitian yang
diterapkan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tinadakan Kelas (PTK) yang
dilakukan dalam empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan atau
penerapan strategi, tahap observasi atau pengamatan, dan refleksi dan
dilaksanakan dalam dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX-E yang
terdiri dari 33 siswa. Sejumlah alat bantu penelitian seperti lembar observasi,
kuesioner, dan catatan lapangan digunakan untuk mengumpulkan data tentang
tingkat keterlibatan siswa dan tingkat motivasi siswa selama penerapan strategi
pembelajaran. Sedangakan hasil tulisan siswa dinilai berdasarkan format
penilaian dengan menyesuaikan format yang dikembangkan oleh Hill, dkk (1998)
dengan mempertimbangkan cara pendeskripsian tokoh pelaku dan tempat kejadian,
alur cerita, tema, dan kesimpulan atau pesan cerita serta mempertimbangkan aspek
bahasa seperti tata bahasa, kosa kata, dan susunan kalimat. Penelitian ini
dianggap berhasil jika memenuhi tiga criteria. Pertama, tingkat keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran mencapai 75% dari hasil observasi yang
dilakukan oleh pengamat. Kedua, jumlah siswa yang mendapat nilai 65 atau lebih
mencapai 70% (24 siswa) dari jumlah siswa keseluruhan. Ketiga, nilai
rata-rata siswa minimal 65.
Sejumlah temuan selama penelitian ini menunjukkan bahwa gambar
kartun berangkai yang diimplementasikan dalam empat tahap pembelajaran dan
pendekatan menulis sebagai proses sangat efektif dalam pengajaran menulis teks
narasi. Pertama, gambar kartun berangkai membantu siswa dalam hal pengembangan
ide dan mengorganisasikan teks. Kedua, pendekatan menulis sebagai proses
memandu siswa terhadap langkah-langkah penciptaan teks, sedangkan empat tahap
pembelajaran sangat efektif diterapkan dalam pengajaran menulis. Strategi
tersebut lebih efektif dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengakses
sendiri gambar kartun berangaki dan mengembangkankannya dalam bentuk cerita
narasi. Pendekatan individu terhadap siswa juga mendorong mereka untuk lebih
berkreasi dan meminimalkan jarak antara guru dan murid.
Langkah-langkah penerapan gambar kartun berangkai dalam pengajaran
menulis teks narasi mengikuti empat tahap pembelajaran (BKoF, MoT, JCoT,
dan ICoT). Kegiatan diawali dengan BKoF, yaitu bercerita oleh
guru dan menulis kembali cerita tersebut. Dalam tahap MoT, sebuah teks narasi dicontohkan oleh guru untuk
dipahami dan dianalisis. Pendekatan menulis sebagai proses muncul pada tahap JCoT.
Diberikan satu set gambar kartun berangkai, siswa membuat garis besar cerita,
mengembangkannya dalam bentuk teks, meminta teman lain untuk membaca untuk
kemudian dikoreksi dan diperbaiki. Dalam tahap ICoT, siswa secara
individu mengakses gambar kartun berangkai dari koran atau majalah dan
mengembangkannya dalam bentuk cerita narasi. Para siswa melakukan proses
menulis yang dimulai dari mengembangkan ide cerita, saling mengoreksi dengan
teman dan atau guru, memperbaiki teks, dan menulis kembali teks setelah
mendapatkan masukan dari teman dan atau guru. Pada akhir kegiatan, guru
mempublikasikan karya-karya mereka melalui kegiatan membaca, bermain peran, dan
memajangkannya di majalah dinding.
Mengacu pada
hasil-hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa gambar kartun berangkai
efektif dalam pengajaran menulis teks narasi. Gambar kartun berangkai
menginspirasi siswa dalam berimajinasi, mengembangkan ide-ide mereka, dan
mengorganisasikan teks. Pendekatan menulis sebagai proses mengarahkan siswa
untuk melakukan langkah-langkah dalam menulis. Sedangkan empat tahap
pembelajaran memfasilitasi siswa terhadap langkah-langkah pembelajaran menulis
secara berkelompok dan menulis secara mandiri. Guru Bahasa Inggris disarankan
untuk memanfaatkan gambar kartun berangkai dalam pengajaran menulis teks
narasi. Para siswa disarankan untuk senantiasa berlatih menulis dalam topik
yang berbeda dengan memanfaatkan keberadaan gambar kartun berangkai yang
terdapat di koran, majalah, dsb. Untuk peneliti yang lain, diharapkan untuk
melakukan penelitian berdasarkan temuan dalam penelitian ini demi mengembangkan
strategi yang lebih baik dalam pengajaran menulis.
Kata kunci: gambar kartun berangkai,
meningkatkan, kemampuan menulis, teks narasi