Load more

Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa Kelas Dua MTs Tarbiyah Takalar melalui Permainan Bahasa

By: Herman
Abstrak

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan juga pengalaman peneliti sebagai guru, siswa MTs Tarbiyah Takalar belum mampu berbahasa Inggris dengan baik, khususnya kelas VIIIC yang menjadi subyek penelitian ini. Nilai rata-rata yang mereka peroleh dalam pelajaran berbicara bahasa Inggris adalah paling rendah diantara empat ketrampilan berbahasa. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan siswa tersebut yakni perasaan takut melakukan kesalahan, motivasi yang rendah, teknik mengajar guru yang monoton, dan penguasaan kosa kata yang kurang. Dari faktor tersebut, teknik mengajar yang monoton menjadi fokus penelitian ini. Karena teknik mengajar yang beragam sangat menentukan keberhasilan siswa, maka guru menyiapkan teknik yang menarik dalam mengajar ketrampilan berbahasa Inggris yaitu teknik permainan bahasa. Masalah penelitian ini adalah “Bagaimana permainan bahasa bisa meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa kelas VIII MTs Tarbiyah Takalar?”

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang prosedurnya meliputi empat tahapan: perencanaan, penerapan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan tiga pertemuan setiap siklus. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi, catatan lapangan, alat rekam, lembar penilaian diri siswa, dan lembar kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur permainan bahasa yang efektif dalam pengajaran berbicara memiliki prosedur yang berbeda. Dalam permainan ”Trainee Reporter”, prosedurnya adalah: (1) memberi contoh cara melakukan permainan dibantu dua orang siswa, (2) mengelompokkan siswa, (3) meminta satu kelompok untuk mencontohkan kembali permainan tersebut, (4) membagikan gambar berbeda kepada setiap kelompok sebagai acuan pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan oleh ”Trainee Reporter”, (5) meminta setiap kelompok menentukan ”reporter” nya masing-masing, (6) meminta siswa menukar gambar dengan kelompok lain sebagai acuan wawancara, (7) meminta setiap kelompok memilih dua orang di dalam gambar tersebut untuk diperankan dan menyiapkan berbagai informasi yang berhubungan dengan kejadian di gambar tersebut untuk wawancara, (8) meminta ”reporter” setiap kelompok mewawancarai kelompok yang bertukar gambar dengan kelompoknya, (9) meminta para ”reporter” kembali ke kelompoknya masing-masing dan mendiskusikan hasil wawancara untuk laporan lisan, (10) meminta para ”reporter” menyampaikan laporan secara bergiliran dan siswa lain memperhatikan isi, tata bahasa dan pengucapan dari para reporter, (11) menanyakan beberapa pertanyaan kepada siswa lain setiap selesai satu reporter menyampaikan laporan untuk mengecek perhatian mereka, (12) meminta umpan balik dari siswa mengenai kesalahan tata bahasa dan pengucapan dari setiap ”reporter” dan masalah yang mereka hadapi selama proses belajar mengajar, (13) menugaskan kepada masing-masing kelompok merevisi laporan mereka dan mengumpulkannya dalam bentuk tertulis. Sedangkan prosedur permainan ”Be Someone Else” adalah: (1) memberikan contoh cara melakukan permainan itu dengan menjadi ”orang lain” dan memberi beberapa informasi tentang ”diri barunya” (misalnya saya seorang polisi, saya sering menangkap penjahat, dst.), (2) memotivasi siswa bertanya sebanyak mungkin tentang ”diri baru” nya, (3) meminta siswa menentukan ”diri baru” mereka masing-masing dan memikirkan informasi-informasi tentang ”diri baru” mereka itu, (4) mengelompokkan siswa dalam dua kelompok (A dan B), (5) meminta siswa kelompok A mewawancarai siswa kelompok B secara berpasangan, (6) meminta siswa bertukar peran dan berganti pasangan, (7) melaporkan hasil wawancara mereka secara bergiliran dan menyuruh siswa yang lain memperhatikan isi, masalah tata bahasa, dan pengucapan dari setiap laporan, (8) menjawab beberapa pertanyaan setiap satu laporan selesai melaporkan, (9) meminta umpan balik dari siswa mengenai kesalahan tata bahasa dan pengucapan dari setiap ”reporter” dan masalah yang mereka hadapi selama proses belajar mengajar, (10) menugaskan masing-masing siswa merevisi laporan mereka dan mengumpulkannya dalam bentuk tertulis.
Hasil penelitian pada Siklus Dua menunjukkan peningkatan berarti, baik mengenai keterlibatan siswa maupun unjuk kerja berbicara siswa. Rata-rata 86% siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Sedangkan nilai rata-rata siswa dalam melakukan dialog sederhana adalah 76 dan dalam menyampaikan laporan lisan adalah 74. Ini berarti bahwa temuan di Siklus Dua telah mencapai ke tiga kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Oleh karena itu, disarankan kepada para guru bahasa Inggris agar menerapkan teknik ini dalam pengajaran berbahasa Inggris di kelas yang siswanya bermotivasi rendah dan kemampuan yang beragam dan menyampaikan teknik ini pada kegiatan MGMP, workshop, ataupun pelatihan guru. Selain itu, disarankan pula kepada para calon peneliti untuk melakukan penelitian yang sejenis dengan permasalahan yang mirip pula tetapi dengan tempat penelitian yang berbeda. Mereka dapat juga melalukan penelitian eksperimen mengenai keterampilan berbicara untuk menguji atau memperkuat hasil penelitian ini.

Kata kunci: permainan bahasa, keterampilan berbicara